TUGAS 1
RISKA MAHARANI PUTRI
17113796
Kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi yang selalu menarik dibicarakan. Daya tarik ini didasarkan pada latar historis yang menunjukkan arti penting keberadaan seorang pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa kepemimpinan merupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi.
RISKA MAHARANI PUTRI
17113796
Kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi yang selalu menarik dibicarakan. Daya tarik ini didasarkan pada latar historis yang menunjukkan arti penting keberadaan seorang pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa kepemimpinan merupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi.
Pemimpin adalah seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan
di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan.
(Kartini Kartono,1994:181).
Kepemimpinan merupakan
proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas yang berhubungan dengan
aktivitas anggota kelompok. Kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan
mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen dan
ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama; dan kemampuan
mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara dan mengembangkan
budaya organisasi (Shegdill dalam Stoner dan Freeman 1989: 459-460).
1. Teori
Kepemimpinan Dasar
Ø Konsep
Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, pada
dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari
seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan
tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya
kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh
Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin
secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut
dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin,
pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini. Ditinjau
dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan disini adanya tiga teori
kepemimpinan:
Ø Teori
Sifat
Teori
ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin
itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan
kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai
sifat, perangai atau ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut
Ghizeli dan Stogdil:
·
Kecerdasan
·
Kemampuan mengawasi
·
Inisiatif
·
Ketenangan diri
·
Kepribadian
Ø Teori
Perilaku
Dasar
pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok kearah pencapaian tujuan.
Dalam hal ini, pimpinan mempunyai deskripsi perilaku:
· Konsiderasi
dan struktur inisiasi
Perilaku seorang
pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah, mau
berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan
kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu
terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih meningkatkan tugas
organisasi.
· Berorientasi
kepada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang
berorientasi kepada baawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan
penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan
penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Kecenderungan
perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi
dan gaya kepemimpinan (JAF. Soner, 1978: 442-443).
Teori Gaya Keperilakuan
(Sumber: Diadaptasi dari Chapter Seventeen,
Leadership, 2001,
The McGraw-Hill Company, Inc.)
Studi Ohio State University mengidentifikasi dua
dimensi penting perilaku pemimpin
Konsiderasi: menciptakan respek dan kepercayaan
timbal-balik dengan bawahan
Inisiasi struktur: mengorganisir dan meredefinisi
apa-apa yang akan dikerjakan oleh anggota kelompok
Studi Michigan University mengidentifikasi dua
gaya kepemimpinan yang sama dengan studi yang dilakukan oleh Ohio State
University.
= salah satu gaya terfokus pada pekerja dan gaya
yang satunya terfokus pada pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu
gaya kepemimpinan yang terbaik. Efektivitas gaya kepemimpinan tertentu
tergantung pada situasi di mana gaya tersebut diterapkan.
|
Berdasarkan tabel di
atas dapat dipahami bahwa perilaku pemimpin yang efektif melakukan konsiderasi
tergantung pada aspek berikut:
·
Kepuasan pengikut terhadap pemimpin
tergantung pada derajat konsiderasi yang ditunjukkan oleh pemimpin.
·
Konsiderasi pemimpin lebih berpengaruh
terhadap pengikut ketika pekerjaan tidak menyenangkan dan mendesak, dari pada
ketika pekerjaan menyenangkan dan tidak mendesak.
·
Pemimpin yang menunjukkan konsiderasi
dapat melakukan inisiasi struktur yang lebih banyak tanpa mengurangi kepuasan
pengikutnya.
·
Konsiderasi yang diberikan sebagai
respons terhadap kinerja yang baik akan meningkatkan kemungkinan kinerja yang
baik di masa depan.
Sedangkan perilaku pemimpin yang efektif melakukan
inisiasi struktur adalah:
·
Inisiasi struktur yang memperjelas peran
tambahan akan meningkatkan kepuasan.
·
Inisiasi struktur akan menyurutkan
kepuasan pengikut ketika struktur tersebut sudah tersedia.
·
Inisiasi struktur akan meningkatkan
kinerja ketika tugas tidak jelas.
·
Inisiasi struktur tidak akan
mempengaruhi kinerja ketika tugas jelas (Leadership, 2001: 2).
Uraian
di atas memperjelas bahwa teori kepemimpinan perilaku mencoba menjelaskan
keunikan gaya yang digunakan oleh pemimpin yang efektif, atau memahami
sifat-sifat pekerjaan pemimpin. Sepuluh peran manajerial dari Henry Minzberg
merupakan salah satu contoh teori kepemimpinan perilaku. Peneliti perilaku
menekankan pada penemuan cara mengklasifikasikan perilaku yang dapat memberikan
pemahanan mengenai kepemimpinan.
Ø Teori
Situasional
Keberhasilan seorang
pimpinan menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dan
situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan factor waktu dan
ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu
menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
- Jenis pekerjaan dan kompleksitas
tugas
- Bentuk dan sifat teknologi yang
digunakan
- Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
- Norma yang dianut kelompok
- Rentang kendali
- Ancaman dari luar organisasi
- Tingkat stress
- Iklim yang terdapat dalam organisasi
Efektivitas
kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang
dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinan agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntunan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud
adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena
tuntunan situasi tertentu.
Sehubungan dengan hal
tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
1. Model
Kontinum Otkratik-demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu
selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan
dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam
hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan
sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang
berorientasi pada penyelesaian tugas. Sedangkan pemimpin bargaya demokratik dan
mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol
disini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan
perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
2. Model “Interaksi Atasan-Bawahan”
Menurut model ini,
efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi
antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi
perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
- Hubungan
atasan dan abwahan dikategorikan baik.
- Tugas
yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi.
- Posisi
kewenangan pemimpin tergolong kuat.
3. Model Situasional
Model ini menekankan
bahwa efektifitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya
kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat
kematangan jiwa bawahan. Dimensi kemimpinan yang digunakan dalam model ini
adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan
hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang
dapat digunakan adalah:
-
Memberitahukan
-
Menjual
-
Mengajak
-
Melakukan pendelegasian
4. Model “Jalan-Tujuan”
Seorang
pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan
jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal
tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan dan perhatian pemimpin
kepada kepentingan dan kebutuhan bawahan. Perilaku pimpinan berkaitan dengan
hal tersebut harus merupakan factor motivasional bagi bawahannya.
Perhatian
utama model ini adalah perilaku pimpinan dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus
diselesaikan oleh bawahannya.
2. Kepemimpinan
Kontingency
Teori atau model
kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori situasional karena teori ini
mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Model atau teori
kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan
antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi
menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin. Kepemimpinan tidak akan
terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin
mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan
situasi-situasi yang spesifik.
Teori kontingensi
melihat pada aspek situasi dari kepemimpinan (organization context). Fiedler
mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan: Leader
Orientation dan Situation Favorability.
a. Leader
Orinetation adalah : apakah pemimipin pada suatu organisasi
berorinetasi pada relationship atau beorientasi pada task.
Leader Orientation diketahui dari Skala semantic differential dari
rekan yang paling tidak disenangi dalam organisasi (Least preffered coworker =
LPC) . LPC tinggi jika pemimpjn tidak menyenangi rekan kerja, sedangkan LPC
yang rendah menunjukkan pemimpin yang siap menerima rekan kerja untuk bekerja
sama. Skor LPC yang tinggi menujukkan bahwa pemimpin berorientasi pada
relationship, sebaliknya skor LPC yang rendah menunjukkan bahwa pemimpin
beroeintasi pada tugas. Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin dengan Low LPC
yakni mereka yang mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih efektif
dibanding para pemimpin yang High LPC, yakni mereka yang mengutamakan orientasi
kepada orang atau hubungan baik dengan orang apabila kontrol situasinya sangat
rendah ataupun sangat tinggi. Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC akan
lebih efektif dibanding pemimpin dengan Low LPC apabila kontrol situasinya
moderat.
b. Situation
favorability adalah : sejauh mana pemimpin tersebut dapat
mengendailikan suatu situasi, yang ditentukan oeh 3 variabel situasi, yaitu :
-
Leader-Member Orintation (LMO): hubungan
pribadi antara pemimpin dengan para anggotanya.
-
Task Structure (TS): tingkat struktur
tugas yang diberikan oleh pemimpin untuk dikerjakan oleh anggota organisasi.
-
Position Power (PP): tingkat kekuasaan
yang diperoleh pemimpin organisasi karena kedudukan.
Situation favorability tinggi jika LMO baik, TS
tinggi dan PP besar, sebaliknya Situation Favoribility rendah jika LMO tidak
baik, TS rendah dan PP sedikit.
3.
Kepemimpinan Contemporary
Teori
atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata
merupakan
suatu atribusi yang dibuat orang atau seorang pemimpin mengenai
individu-individu lain yang menjadi bawahannya.
Beberapa teori atribusi yang hingga saat ini masih
oleh banyak orang yaitu:
·
Teori penyimpulan terkait
(correspondensi Inference), yakni perilaku orang lain merupakan sumber
informasi yang kaya.
·
Teori sumber perhatian dalam kesadaran
(conscious attentional resources) Bahwa proses persepsi terjadi dalam kognisi
orang yang melakukan persepsi (pengamatan)
·
Teori atribusi internal dan ekternal
dikemukakan oleh Kelly & Micella, 1980 yaitu teori yang berfokus pada akal
sehat.
Referensi : www.academia.edu
Menurut saya pemimpin
yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.
Rahasia utama
kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar
gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
(leadership from the inside out).
No comments:
Post a Comment